Kamis, 17 Oktober 2013

ceki puja


Ceki Puja
(Menipu Diri dengan Dalih Agama)
Agama dengan segala aturan prakteknya merupakan sumbangan terbesar bagi cara berpikir manusia. Agama memperkenalkan banyak konsep tentang kehidupan,seperti konsep Tuhan , konsep dosa,pemujaan, baik-buruk, benar salah, kematian, surga ,neraka dan sebagainya. Konsep-konsep ini memberikan sarana bagi pikiran untuk berpikir tentang hidup ini. Pertanyaanpun muncul tiada habisnya, sehingga pikiran hilir mudik seperti arus lalu lintas jalanan yang ramai. Untuk pergi kesana kemari pikiran mempunyai lima kendaraan yaitu panca indriya, sedangkan sopirnya tiada lain adalah kecerdasan.
Kecerdasan sebagai tukang kemudi haruslah cakap dan ahli. Dia menjadi ahli berkat pengetahuan. Sebelum kecerdasan diisi pengetahuan oleh pengalaman, maka terlebih dahulu kecerdasan berkarya lewat naluri. Naluri diperhalus oleh akal budi dan akal budi diperkaya berkat ajaran hidup dalam agama. Bagian dari ajaran agama yang paling menonjol adalah aktivitas puja atau memuja Tuhan. Ketahuilah bahwasannya aktivitas apapun yang kita lakukan sesungguhnya merupakan pemujaan terhadap Tuhan, sehingga noda yang kita lakukan dalam bekerja,bergaul, berpikir dan lainnya sama saja dengan noda pemujaan. Memang perbuatan baik bukanlah sistem kredit poin yang mesti dikumpulkan untuk bisa mendapatkan surga kelak setelah mati. Sebab kebaikan dan pemahaman kebenaran masing-masing orang berbeda menurut pengetahuan kecerdasannya.
Selama ini sering muncul salah kaprah, bahwa bhakti dibuat garis demarkasi memisahkan aktivitas hidup sehari-hari dengan aktivitas keagamaan. Salah satunya adalah adanya anggapan bahwa pura sebagai tempat suci, sementara tempat lainnya tidak. Selain itu, semangat orang kebanyakan dalam hal identitas rohani adalah semangat beragama dalam simbul semata. Contohnya yaitu pura sebagai simbul Ketuhanan, jadi harus dibangun semegah-megahnya. Memang bagus kalau bisa membangun pura yang indah, namun dalam dunia rohani hal ini baru permulaan. Untuk menapaki alam yang lebih halus, suatu pengertian atau migrasi pemahaman kepada realitas lebih menyeluruh. Pemujaan berarti meninggikan sesuatu , menghormati,mengagungkan dan adanya kesadaran diri yang mengakui memiliki ketergantungan pada kebesaran dan kemahakuasaan Tuhan. Dengan demikian orang akan terinspirasi untuk berjuang memelihara sifat-sifat luhurnya.  Itulah sebabnya setiap agama mengajarkan untuk selalu mengingat Tuhan agar pikiran secara terus menerus disuplay oleh energi yang positif yang bersumber dari Tuhan. Pura dan tempat suci lainnya ibarat jembatan yang menghubungkan antara dua sungai atau jurang. Bukanlah jembatan yang perlu dipermasalahkan, tetapi prinsipnya adalah bagaimana kita bisa sampai di seberang yaitu alam-alam luhur , alam hidup berkepribadian luhur yang dilandasi kecerdasan, kemurnian berpengetahuan dan kebahagiaan.
Dengan membangun pura yang megah dan yajna yang besar lantas semua puas dan menganggap semua sudah beres dan menyatakan diri sudah beragama dengan ketat. Ini merupakan pemikiran yang masih sangat rendah dan picik. Semua itu hanyalah beragama dalam tataran mekanis atau gejala luar saja , sedangkan manusia hidup dengan eksistensi pikiran, prilaku, dan pengalamannya. Yajna dan pura tidak akan bisa membantu jika tidak dibarengi dengan peningkatan karakter, ketulusan, semangat kasih dan berkekuatan akal budi. Pemujaan menuntut suatu prinsip konsistensi  antara ucapan, perbuatan dan kesadaran diri. Memuja Tuhan artinya mengumpulkan sifat kebahagiaan. Gudang untuk menyimpan kebahagiaan itu tidak ada di pura, tetapi ada dalam hati. Pergi kepura tujuannya untuk menguatkan hati mengakses energi Brahman dan memelihara hubungan harmonis dengan sesama umat yang hadir. Puja itu juga berarti pertautan hubungan,persambungan tenaga rohani  secara timbal balik antara mahluk dengan kekuatan Tuhan. Dalam puja , orang memuji-muji yang disembahnya dan saat yang sama pemuja menikmati karunia dari yang dipujanya yaitu Tuhan. Bila seseorang merindukan Tuhan , berarti tenaga rohaninya mulai hidup dan mulai mampu merasakan energi Tuhan itu menarik hati, menghangatkan dan sanggup memberikan kebahagiaan yang tak terbatas.
Banyak orang berpersepsi salah tentang pemujaan yang menganggap itu berpahala untuk kesenangan diri. Pamrih keselamatan, kesehatan ,kekayaan, derajat tinggi , pamrih surga, pamrih dosa diampuni  dan segala motivasi untuk memenuhi kesenangan diri. Selalu ada nafsu rajasika yang lebih besar dibandingkan keluhuran itu. Membangun pura yang megah dengan biaya halal dan motivasi rohani murni alangkah menguntungkan akan tetapi bila memaksakan diri dan menyengsarakan untuk bayar iuran, apalagi harus menggali dan lewat perjudian maka perbuatan itu sungguh sia-sia. Dapatkah orang mencuci pakaian kotor dengan lumpur, demikian ucap banyak orang bijak. Berjudi adalah menipu dan perbuatan menipu diri adalah judi. Pemujaan itu sebenarnya ditunjukan untuk membangun evolusi keluhuran manusia dengan memohon karunia tuhan.
Memang dalam tataran tertentu ada disebutkan para dewa memerlukan suplay energi dari manusia lewat doa.  Artinya dewa butuh aliran energi yang dipasok umat manusia dalam bentuk doa.  Mantram –mantram Weda yang mengagungkan dewa-dewa tertentu sangat jelas menunjukan perbuatan manusia yang meninggikan, mengagungkan. Dari pujian inilah dewa memperoleh energi ,sehingga para dewa mampu menjalankan fungsinya dalam memelihara alam semesta. Sehingga ada cerita saat dunia ini disembunyikan pada lapisan terbawah , dewa-dewa kesusahan ,kelaparan karena tidak dapat sedekah lagi dari manusia. Saat itu alam tengah telah dipenuhi oleh para yaksa, sehingga doa manusia tidak mampu menembus dunia yang lebih tinggi. Hal ini menunjukan bahwa seluruh ciptaan bersifat fungsional dan saling memiliki keterkaitan. Pura yang dibangun dengan hasil korupsi,judi semuanya tidak benar. Tidak saja menipu dalam persepsi, tetapi nyata-nyata umat mencangkupkan tangan kepada tumpukan kartu ceki dalam bentuk gapura megah,atau pelinggih berukir. Kartu ceki lambang judi dan tipu daya, sisi gelap dari karakter manusia, seharusnya dipangkas agar manusia dapat meningkatkan tarafnya kepada tingkatan dewani.